BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam fenomena manajemen dunia
perumah sakitan saat sekarang ini telah menumbuhkan polemik baru
dari segi filosofis, yaitu apakah rumah sakit dimungkinkan dikelola secara
bisnis dalam arti menjadi suatu instansi yang profit marking. Polemik ini sudah
tentu menyangkut landasan kenegaraan/falsafah kenegaraan kita, yaitu Pancasila
dan UUD 1945.
Meskiupun demikian, dalam
perkembangan dewasa ini, rumah sakit toh tidak mungkin dikelola semata-mata
sosial. Dalam keadaan sekarangh seluruh rumah sakit swasta menghadapi realita
kehidupan yang semakin meterialistis. Rumah sakit harus membayar teknologi
kedokteran, listrik, air, dapur, dan bahkan imbalan jasa dokter dan paramedis
dengan mengikuti harga pasar.
Dalam keadaan inilah, dari segi
manajemen rumah sakit seolah-olah ketinggalan kereta. Tidak terlepas dalam
hubungan ini adalah rumah sakit pemerintah dimana meskipun seluruh biaya
eksploitasi/personel/gedung dan lain sebagainya ditanggung oleh pemerintah
(secara teoretis), keperluan mengelola rumah sakit sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen adalah mutlak.
B. Batasan
Masalah
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam
dunia perumahsakitan saat sekarang ini banyak sekali masalah-masalah yang
terjadi akibat ketidakmantapan struktur rumah sakit itu sendiri, dan masih
banyak lagi masalah yang menjadi sorotan.
Mengingat banyaknya masalah-masalah
tersebut maka dalam penulisan makalah ini hanya mengambil dari segi masalah
manajemen dan kecenderungannya kemasa depan akibat kesalahan manajemen.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan
dapat mengembangkan pengetahuan kepada mahasiswa terutama mahasiswa kesehatan
masyarakat tentang perumahsakitan yang nantinya dapat memperbaiki dan
meningkatkan manajemen rumah sakit. Dan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam peningkatan pelayanan kesehatan kepada pasien dan
masyarakat luas.
D. Metodologi
Metodologi yang
digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan yang banyak
menyadur dan mengutip stegmen dan pernyataan dari buku-buku, majalah dan
sebainya.
BAB II
MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN BEBERAPA
KECENDERUNGAN MASA DEPANNYA DI INDONESIA
A. Manajemen Rumah Sakit
Masalah manajemen rumah sakit pada
akhir-akhir ini memang banyak disorot. Tidak saja atas keluhan-keluhan
masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit, baik dari segi
mutu, kemudahan, dan tarif, tetapi juga perkembangan zaman yang memang sudah
mendesak ke arah perbaikan-perbaikan itu. Setidak-tidaknya ada beberapa alasan
untuk meningkatkan kemampuan manajemen rumah sakit:
1. Perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran yang cepat.
Dalam 10-20 tahun terakhir, ilmu
kedokteran (termasuk di Indonesia) telah berkembang tidak saja ke tingkat
spesialisasi dalam bidang-bidang ilmu kedokteran, tetapi sudah ke
superspesialisasi. Sejalan dengan ini, teknologi yang dipergunakan juga semakin
meningkat. Bisa dipahami bahwa investasi dalam dunia kedokteran dan rumah sakit
akan semakin mahal. Karena itu, manajemen rumah sakit yang tidak baik akan
menimbulkan pelayanan kesehatan yang semakin mahal atau sebaliknya, bahwa rumah
sakit tidak dapat berjalan dan bangkrut. Dalam hal ini perlu disadari bahwa
dengan perkembangan tersebut, pelayanan rumah sakit pada dasarnya memang
cenderung menjadi mahal.
2. Demand
masyarakat yang semakin meningkat dan meluas.
Masyarakat tidak saja menghendaki
mutu pelayanan kedokteran yang baik, tetapi juga semakin meluas. Masalah-masalah
yang dahulu belum termasuk bidang kedokteran. Terjadi apa yang disebut proses
medicalization. Dapat dimengerti bahwa karenanya beban rumah sakit akan semakin
berat.
3. Dengan
semakin luasnya bidang kegiatan rumah sakit, semakin diperlukan unsur-unsur
penunjang medis yang semakin luas pula, misalnya: masalah-masalah administrasi,
pengelolaan keuangan, hubungan masyarakat dan bahkan aspek-aspek
hukum/legalitas. Belum lagi kehendak pasien yang menghendaki unsur penunjang
non medis yang semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan manusia masa kini.
Manajemen rumah sakit dengan demikian akan semakin kompleks. Makin lama makin
dirasakan perlunya peningkatan pengelolaan rumah sakit secara profesional.
Ada kesan bahwa kecenderungan di
atas kurang diperhitungkan. Rumah sakit seolah-olah “ketinggalan kereta”
menanggapi kecenderungan itu. Disamping itu, juga masalah-masalah yang
elementer banyak yang belum terselesaikan, misalnya seperti yang ditulis oleh J.Sadiman
yaitu hubungan antara direksi rumah sakit dan penulis rumah sakit (yayasan)
sehingga sering terjadi kesalahpahaman di antara keduanya.
Rumah sakit di Indonesia untuk
sebagian besar ±70%, dimiliki oleh pemerintah. Sebagian rumah sakit swasta
didirikan oleh lembaga/yayasan, khususnya dengan latar belakang keagamaan atau
lembaga-lembaga sosial lainnya, yang biasanya diprakarsai oleh kalangan
masyarakat atau orang-orang yang terhormat. Sudah tentu, rumah sakit seperti
ini membawa misi sosial dan karena itu tidak profit marking. Mungkin karena sifat non-profit
making inilah, ada kesan bahwa rumah sakit seperti ini dikelola
“asal jalan” dan semata-mata mengutamakan pelayanan medis pasien-pasien yang
dirawat. Kerugian yang ada biasanya akan ditangani lembaga-lembaga
keagamaan/sosial yang bersangkutan, dari donasi/sumbangan yang diperolehnya.
B. Beberapa Masalah Pokok
Dalam hubungan ini ada beberapa
masalah pokok yang perlu memperoleh perhatian:
1. Hubungan
Yayasan/Pemilik dengan Direksi Rumah Sakit
Hubungan yayasan/pemilik rumah sakit
dengan rumah sakit sebenarnya tergantung dari kemampuan yayasan/pemilik rumah
sakit sendiri dalam memahami masalah-masalah perumahsakitan. Sebagai pemilik,
yayasanlah yang harus menentukan kebijaksanaan pokok pengelolaan rumah sakit
serta memikul tanggung jawab terakhir terhadap akibat-akibat yang timbul dari
pengelolaan rumah sakit tersebut.
Adapun pelaksanaan kebijaksanaan ini
harus dilakukan oleh pimpinan rumah sakit/direksi rumah sakit yang bekerja dan
bertanggung jawab kepada yayasan. Karena itu, adalah kewajiban pengurus yayasan
untuk selalu mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan, sehingga dapat
menetukan kebijaksanaan yang tepat. Apabila fungsi ini belum atau kurang dapat
dilaksanakan oleh pengurus yayasan/pemilik rumah sakit, pengurus yayasan dapat
mengangkat beberapa orang yang dianggap kompeten untuk memberikan
rekomendasi-rekomendasi atau saran-saran guna pengambilan keputusan bagi
yayasan. Atau, pengurus yayasan dapat membentuk semacam badan yang mewakili
yayasan dalam pengelolaan rumah sakit sehari-hari.
Dengan demikian, fungsi dari
pengurus yayasan/pemilik dalam manajemen rumah sakit adalah semacam Governing
Board, dengan fungsi utama yaitu merupakan suatupolicy making system dari
suatu rumah sakit yang akan menentukan corak rumah sakit tersebut pada masa
kini atau di masa yang akan datang dan merupakan sebagai penghubung internal system dari rumah sakit tersebut dengan external system,
serta untuk mengerahkan dukungan masyarakat terhadap rumah sakit itu.
Dalam hal rumah sakit tersebut
adalah rumah sakit pemerintah, badan semacamGoverning Board (sebenarnya)
juga dapat diadakan. Badan semacam ini bertanggung jawab kepada pemerintah
sesuai dengan tingkat hierarkis pemerintahan yang menunjuk. Sudah tentu,
keanggotaan Governing Board ini merupakan kehormatan dan terdiri
dari oran-orang yang telah menunjukkan kepemimpinan dalam masyarakat serta
memahami fungsi dan peranan rumah sakit.
Dengan demikian badan ini dapat
menjembatani kebutuhan masyarakat dengan kemampuan pemerintah di wilayah rumah
sakit yang bersangkutan. Dalam hal ini, dengan memperhatikan kekhususan yang
ada pada sistem pemerintahan kita, ketua Governing Board ini
sebaiknya pejabat pemerintah yang menangani masalah-masalah perumahsakitan.
Dengan gambaran ini kiranya jelas
hubungan antara yayasan/pemilik rumah sakit dan rumah sakit (yang diwakili oleh
pimpinan/direksi rumah sakit). Direksi rumah sakit merupakan pelaksana kebijaksanaan
sehari-hari, bertanggung jawab dan diangkat oleh yayasan/pemilik rumah sakit.
Sudah tentu hubungan ini harus dituangkan dalam peraturan dasar rumah sakit
tersebut, sehingga jelas adanya hak dan kewajiban yang saling mengikat antara
rumah sakit dan yayasan/pemilik rumah sakit.
2. Hubungan
Rumah Sakit-Dokter
Masalah ini juga sangat pelik sebab
hampir seluruh rumah sakit yang besar sekalipun tidak memiliki dokter ahli yang
tetap. Dewasa ini mereka bekerja secara lepas dan tersendiri dan rumah sakit
semata-mata memberikan hak kepada dokter-dokter untuk merawat pasien di rumah
sakit. Sebagian rumah sakit menyelenggarakan hubungan kerja secara part time
untuk suatu jabatan rumah sakit tertentu, misalnya untuk direksi medis atau
kepala-kepala bagian.
Namun sudah ada rumah sakit swasta
yang justru melepas keterikatan dengan dokter-dokter ahli ini. Hubungan ini
membawa implikasi yang pelik dalam hubungan keuangan. Dokter-dokter itu
merupakan orang yang dihormati yang berada diluar organisasi rumah sakit dan
tetap menentukan jalannya rumah sakit.
Dengan peranan yang besar dari
para dokter dan sebaliknya, begitu kendornya hubungan antara dokter dan rumah
sakit dewasa ini tidak saja memberi dokter posisi unik di rumah sakit, tetapi
juga sangat berpengaruh dalam memberikan warna terhadap pengelolaan rumah sakit
secara keseluruhan. Karena itu, banyak direktur rumah sakit yang sebenarnya
tidak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi dokter-dokter.
Meskipun demikian, dengan adanya
kebutuhan untuk meningkatkan manajemen rumah sakit seperti diatas, pola-pola
hubungan itu sudah harus diletakkan dari sekarang. Dalam menghadapi masalah
ini, rumah sakit sebenarnya lebih banyak harus menyesuaikan diri dengan
kebijaksanaan pemerintah, karena hampir semua dokter spesialis berada dalam
kewenangan pemerintah.
Dari segi manajemen, rumah sakit
dapat saja bertahan dalam keadaan sekarang, artinya mempertahankan status
hubungan sebagai dokter tamu atau status part timerdengan dokter-dokter ahli, atau sebagai konsultan, namun
akhirnya masyarakat yang menjadi korban. Seperti yang kita lihat sekarang,
dimana terjadi disparitas yang besar antara rumah sakit pemerintah dan swasta.
Rumah sakit pemerintah mampu memberikan pelayanan yang murah, sehingga banyak
dimanfaatkan banyak orang, tetapi berakibat kualitas pelayanannya sering
dianggap kurang. Sebaliknya, dari segi pengabdian merupakan tempat pengabdian
yang utama. Sedangkan di rumah sakit swasta, mereka memperoleh insentif dari
aspek-aspek material.
Disparitas diatas mengesankan bahwa
rumah sakit swasta untuk golongan yang mampu dan rumah sakit pemerintah untuk
melayani golongan yang kurang mampu. Tetapi, dalam perkembangan waktu, rumah
sakit pemerintah pun didorong untuk memiliki fasilitas golongan yang mampu
dengan timbulnya fasilitas-fasilitas khusus rumah sakit pemerintah. Disini juga
dikomodir kepentingan dokter dari segi material.
Keadaan seperti ini, pada
akhir-akhir ini telah memperoleh perhatian. Konon sedang dipikirkan, bagaimana
rumah sakit juga dapat memiliki dokter-dokter ahli yang full time,
sehingga pelayanan rumah sakit semakin dapat dijangkau oleh masyarakat
luas.
3. Pengelola
Rumah Sakit
Pengelolaan rumah sakit sehari-hari
menjadi wewenang dan tugas direksi rumah sakit sendiri. Pada dasarnya,
betapapun mungkin kebijaksanaan yang diberikan oleh pengurus yayasan/pemilik
rumah sakit mungkin sudah baik, citra rumah sakit akan terbentuk oleh
pelaksanaan tugas sehari-hari.
Seperti dikatakan di atas,
masalah-masalah ini menjadi semakin kompleks. Pelayanan
administrasi/penunjang/hubungan masyarakat dan aspek-aspek hukum/peraturan
rumah sakit semakin luas. Hal ini memerlukan penanganan manajemen secara lebih
profesional. Hospital mangement telah berkembang menjadi ilmu yang
tersendiri. Sebaliknya, dengan peningkatan ilmu kedokteran ke tingkat
superspesialisasi, ada anggapan bahwa dokter-dokter secara profesional sayang
apabila menangani masalah-masalah yang non medis.
Masalah itu perlu dikemukakan,
karena peranan dokter adalah sangat kuat dan pengelolaan rumah sakit di
Indonesia dewasa ini, yang dengan sendirinya mempengaruhi jalannnya
organisasi-organisasi rumah sakit, yaitu penyelenggaraan organisasi diagnostik,therapy,
perawatan pasien, penyediaan/logistik, administrasi/keuangan, rumah tangga,
perlengkapan dan lain sebagainya.
Tentunya akan sangata ideal, apabila
seorang direktur adalah seorang dokter yang telah memperoleh pendidikan dalam Hospital Management.
Tidak berlebihan bahwa para manajer rumah sakit di Indonesia telah banyak
belajar dari pengalaman, namun dalam menghadapi perumahsakitan yang semakin
kompleks, masalah ini perlu dipecahkan, sehingga kemampuan rumah sakit itu
dapat ditingkatkan.
4. Struktur
Organisasi
Jika kita melihat penjelasan sebelumnya, maka jelaslah bahwa
ada tiga badan yang sangat penting dengan tugas dan wewenang yang cukup jelas,
yaitu:
a. Pemilik
Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board
b. Direksi
Rumah Sakit.
c. Staf
Kedokteran (Medical Staff)
Ketiga badan ini, sesuai dengan
fungsi dan wewenangnya yaitu saling mengisi dan mengontrol, sehingga tercapai
keseimbangan untuk mengarahkan tujuan yang hendak dicapai oleh rumah sakit itu.
Tetapi khusus di Indonesia, ketiga
badan ini pada umumnya masih sering terjadi semacam conflict of interest dari masing-masing anggota badan
tersebut, karena dari segi personalia sering tidak dapat dipisahkan tugas
seorang dokter yang menjadi direksi rumah sakit yang sekaligus merawat pasien
atau anggota yayasan yang juga merawat pasien. Dalam tahap sekarang masalah ini
memang dalam batas-batas tertentu tidak dapat dihindari, karena peranan yang
besar dari para dokter dalam badan-badan tersebut. Masalah ini dalam tahap
pertama tentunya dapat dikurangi dengan suatu job discriptionyang sejelas-jelasnya.
Di masa depan, dengan perkembangan
rumah sakit yang semakin kompleks, tentunya dianjurkan adanya pemisahan yang
jelas. Dalam hubungan ini, untuk kemudahan komunikasi ketiga badan ini dapat
membentuk semacam “Badan Musyawarah” yang merumuskan dan menampung
permasalahan-permasalahan yang ada, sebelum diputus oleh yayasan/Governing
Board/pemilik rumah sakit.
Kepentingan untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan rumah sakit memang sudah mendesak. Dalam tahap pertama,
perlu disadari pentingnya keseragaman pandangan di antara pendukung suatu rumah
sakit, baik pengurus yayasan, direksi dan para dokter, rumah sakit, lambat atau
cepat, semakin dihadapkan pada masalah-masalah yang semakin pelik. Untuk itu
pengelolaan rumah sakit harus semakin ditingkatkan sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen yang berlaku.
Apabila masalah ini sudah dicapai,
direksi rumah sakit yang bertugas mengelola rumah sakit akan banyak didorong
dan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip Hospital
Administration secara semestinya.
C. Kecenderungan Masa Depan Rumah Sakit
Banyak rumah sakit yang mengalami
kesulitan biaya dan akan dijual, tidak mampu lagi membayar biaya rumah sakit.
Hanya (20-30)%, rakyat yang mampu membayar rumah sakit, semetara rumah sakit
mendapat kesulitan untuk membayar gaji karyawan-karyawan. Rumah sakit adalah
suatu proyek yang bersifat labour interview sehingga biaya personel akan sangat
besar (Majalah Asian Medical News, 3 Juli 1979).
Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa pada saat sekarang ini memang banyak rumah sakit yang sudah
dijual karena ketidakmampuan lagi rakyat untuk membayar biaya rumah sakit,
sehingga sulit dalam pembayaran rumah sakit serta gaji para karyawan.
1.
Perkembangan Manajemen Rumah Sakit
Manajemen rumah sakit memang semakin
kompleks dan makin banyak disiplin ilmu yang terlibat di dalamnya. Tidak saja
profesi kedokteran, tetapi juga teknik, ekonomi, hukum, akuntan, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat, rumah sakit dengan 160 tempat tidur sudah menggunakan
komputer.
Perkembangan itu sejalan dengan
perkembangan ekonomi, teknologi, penemuan obat-obatan, dan bahkan kebutuhan
masyarakat modern pada umumnya. Rumah sakit, seperti halnya pelayanan kesehatan
pada umumny, makin luas jangkauannya dan bahkan menjangkau hal-hal yang dulu
dianggap bukan masalah kesehatan. Inilah yang dinamakan proses medicalization,
yang memprluas jangkauan masalah kesehatan dan merupakan satu faktor dari
kenaikan biaya kesehatan.
Meskipun demikian, lkenaikan biaya
itu tidak sama di berbagai negara, tergantung berbagai faktor yaitu antara
lain: tersedianya tempat tidur, sistem keuangan dan bahkan teknologi yang
diterapkan. Tetapi, kenaikan biaya rumah sakit selalu lebih besar dibandingkan
dengan komponen-komponen lain dari biaya kesehatan.
Di awal perkembangan rumah sakit
dihampir semua negara, perkembangan rumah sakit menunjukkan kecenderungan yang
sama. Ada suatu periode di mana profesi kedokteran memegang peranan yang besar
pada awalnya. Manajemen rumah sakit masih sederhana, sehingga masih belum perlu
ditangani oleh profesi yang lainnya. Di pihak lain, persoalan yang dihadapi
rumah sakit masih sebagian besar masalah-masalah yang menyangkut medis,
sehingga meskipun ada profesi yang lain, masih sekadar bersifat penunjang. Masalah
kesehatan masih merupakan beban yang terbesar. Di Indonesia untuk beberapa
mungkin masih agak lama masih dalam periode ini.
Di Indonesia, perkembangan
spesialisasi ke sub-spesialisasi ini telah berlangsung sekitar 10-15 tahun.
Keadaan seperti ini membawa akibat dalam banyak hal. Organisasi rumah sakit
makin lama makin besar, berhubung semakin terpecah menjadi unit-unit yang
kecil. Masalah administrasi/informasi yang sangat penting dalam menentukan pola
manajemen rumah sakit juga semakin besar dan banyak teknologi yang digunakan
juga semakin meningkat. Rumah sakit dengan demikian tidak asja menjadi proyek
yang labour intensive tetapi juga
menggunakan teknologi yang tinggi. Bisa dipahami, apabila biaya rumah sakit
semakin meningkat dengan cepat.
Perkembangan itu akan berakibat
ganda, pendidikan dokter akan semakin lama dan mahal. Enam tahun menjadi dokter
umum, 4 tahun untuk mencapai spesialisasi dan entah beberapa tahun untk
superspesialisasi. Ini berakibat bahwa dokter-dokter makin tidak sempat lagi
melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi/manajemen dan bahkan sayang apabila
investasi dalam pendidikan dokter yang mahal itu digunakan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan non medis.
Sebaliknya, dengan organisasi rumah
sakit yang semakin besar, makin diperlukan kemampuan manajemen, pengelolaan
uang, sistem informasi yang semakin meningkat. Peranan profesi lain semakin
penting yang menimbulkan peranan yang semakin besar dari administrator rumah
sakit, dan sebaliknya menempatkan dokter-dokter sebagai tamu, yaitu orang yang
dihormati di rumah sakit meskipun masih sangat menentukan jalannya rumah sakit.
Bentuk yang terakhir ini banyak ditemui di Amerika Serikattma di rumah sakit
swasta yang profit making.
2.
Masa Depan Rumah Sakit
Rumah sakit dewasa ini sedang
menghadapi suatu masa yang kritis. Di negara-negara maju, rumah sakit
menghadapi kritik yang tajam, baik dari masyarakat maupun pemerintah, khususnya
mengenai biaya rumah sakit yang sangat tinggi. Di negara-negara berkembang,
rumah sakit didorong untuk mampu meningkatkan pelayanan dengan tingkat
teknologi yang tinggi dan kenyamanan, agar dapat memenuhi kebutuhan dan selera
segenap masyarakat, tanpa memperhatikan kemampuanmasyarakat untuk dapat memikul
beban biayanya.
Rumah sakit ternyata telah mengambil
bagian terbesar dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Sekitar 50% biaya
pelayanan kesehatan akan tersedot bagi rumah sakit. Namun biaya yang tinggi itu
ternyata banyak yang sebenarnya tidak perlu. Tidak saja banyak kasus yang
sebenarnya terlalu lama dirawat di rumah sakit melebihi waktu yang diperlukan,
tetapi juga banyak tindakan yang sebenarnya tidak perlu, tetapi toh dilakukan
di rumah sakit. Di Amerika Serikat, sekitar 30% operasi jantung terbuka
ternyata sebenarnya tidak perlu, sedangkan biaya operasi jantung sedikitnya
berjumlah sekitar 20.000 dolar AS per kasus.
Krisis rumah sakit semacam itu
memang sedang berlangsung, khususnya di Amerika Serikat dan negara-negara maju
lainnya. Tetapi untuk sebagian juga akan terjadi di banyak negara berkembang
dan bahkan mungkin sudah terjadi, apabila sejak awal masala-masalah yang sering
di belakang krisis itu tidak atau kurang diperhatikan.
a. Masalah
Perencanaan
Masalah perencanaan merupakan awal
dari kesalahan-kesalahan itu dan dalam hal ini sudah tentu setiap negara
mempunyai permasalahannya sendiri yang khas.
Perencanaan rumah sakit di
negara-negara maju sedikit menghadapi kondisi yang berbeda, terutama disebabkan
oleh perubahan-perubahan yang cepat dalam bidang pelayanan kesehatan sejak
dasawarsa 70-an. Perubahan itu antara lain disebabkan oleh perkembangan teknologi
kedokteran, biaya pelayanan kesehatan rumah sakit yang juga meningkat dengan
cepat.
b. Manajemen
Manajemen rumah sakit merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan dan bahkan merupakan salah satu
sendi utama dalam kegiatan sehari-hari. Manajemen administrasi rumah sakit
punya kewajiban dan juga tanggung jawab moral serta hukum untuk memberikan mutu
pelayanan yang sesuai standar untuk pasien yang ditanganinya.
Agar dapat memberi pelayanan dengan baik maka dibutuhkan
berbagai sumber daya yang baik. Istilah manajemen sendiri berasal bahasa latin
manui, berarti tangan yang pegang kendali kuda agar sang kuda dapat diarahkan
mencapai tujuan yang dengan baik.
Rumah sakit punya kewajiban dan juga
tanggung jawab moral serta hukum untuk memberikan mutu pelayanan yang sesuai
standar untuk pasien yang ditanganinya. Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi
dimulai dengan standar etika manajerial yang tinggi pula. Manajemen mutu harus
meliputi kegiatan-kegiatan:
§ Sistem
untuk memberlakukan standar professional, baik dari sudut tingkah laku,
organisasi serta penilaian kegiatan sehari-hari.
§ Sistem
pengamatan agar pelayanan selalu diberikan sesuai standar dan deteksi bila
terdapat penyimpangan.
§ Sistem
untuk senantiasa menunjang berlakunya standar professional.
c. Pembiayaan
rumah sakit
Sementara itu rumah sakit dihadapkan
pada biaya yang selalu meningkat, rumah sakit juga dihadapkan pada kepentingan
pemerintah di mana saja dan masyarakat yang menghendaki biaya rumah sakit yang
wajar, syukur dapat murah.
Sekali lagi, betapapun rumah sakit
itu secara alamiah adalah mahal, karena rumah sakit toh harus tetap merupakan
institusi sosial, namun yang menjadi masalah selalu tidak saja biaya rumah
sakit yang mahal, juga pemakaian rumah sakit yang ternyata tidak efisien dan
berlebihan. Untuk sebagian hal ini juga disebabkan oleh sistem pembiayaan sakit
itu sendiri.
Ideologi baru ternyata telah mampu
menekan biaya pelayanan kesehatan di berbagai negara, sehingga rumah sakit yang
tidak efisien dipaksa untuk gulung tikar. Ideologi baru ini telah menampilkan
wajah pelayanan kesehatan dengan berbagai ciri/sifat sistem pembiayaan
tertentu, antara lain seperti di bawah ini:
1. Mengubah
sistem pembiayaan
2. Mengubah
sistem orientasi pelayanan
3. Penggunan
teknologi tepat guna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penyusunan makalah ini
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
a. Kesalahan-kesalahan
dalam manajemen rumah sakit karena banyaknya masalah-masalah pokok yang belum
menetapkan perhatian penuh seperti hubungan yayasan/pemilik dengan direksi
rumah sakit.
b. Kecenderungan
masa depan terhadap perkembangan manajemen dalam rumah sakit, diharapkan dapat
berkembang sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi, penemuan
obat-obatan, dan bahkan kebutuhan, masyarakat moderen pada umumnya yang natinya
rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas.
B. Saran
Berdasarkan materi pambahasan diatas dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Organisasi
rumah sakit haruslah jelas dan berubah agar dapat mengantisipasi berbagai
perubahan sebagai upaya yang perlu dilaksanakan oleh para pengelola rumah sakit
dalam mempersiapkan diri menyambut masa depan.
2. Rumah
sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki peran
yang strategis dalam upaya untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia.
Ø Sistem
pelayanan rumah sakit yang berjalan selama ini harus ditijau kembali untuk
mengantisipasi persaingan tingkat dunia.
Ø Rumah
sakit merupakan suatu lembaga kesehatan yang memberikan pelayanan yang bermutu
dan dapat memuaskan para konsumen.
Semoga pula manajemen rumah sakit yang sedang berkembang ini
dapat terus dikembangkan di negara kita, agar bersama-sama dengan manajemen
kesehatan lainnya dapat memberi peran maksimal dalam upaya kita bersama
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan bangsa kita, bangsa Indonesia
kedepan