Minggu, 31 Mei 2015

Makalah sistem kesehatan nasional

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peningkatan KIA dan KB
A. Pengertian Program KIA
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1.    Meningkatnyakemampuanibu (pengetahuan ,sikapdanperilaku), dalammengatasikesehatandiridankeluarganyadenganmenggunakanteknologitepatgunadalamupayapembinaankesehatankeluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandudansebagainya.
2.    Meningkatnyaupayapembinaankesehatanbalitadananakprasekolahsecaramandiri di dalamlingkungankeluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, danKarangBalitaserta di sekolah Taman Kanak-Kanakatau TK.
3.    Meningkatnyajangkauanpelayanankesehatanbayi, anakbalita, ibuhamil, ibubersalin, ibunifas, danibumeneteki.
4.    Meningkatnyamutupelayanankesehatanibuhamil, ibubersalin, nifas, ibumeneteki, bayidananakbalita.
5.    Meningkatnyakemampuandanperansertamasyarakat ,keluargadanseluruh anggotanyauntukmengatasimasalahkesehatanibu, balita, anakprasekolah, terutamamelaluipeningkatanperanibudankeluarganya.
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
1.    Peningkatanpelayanan antenatal di semuafasilitaspelayanandenganmutu yang baiksertajangkauan yang setinggi-tingginya.
2.    Peningkatanpertolonganpersalinan yang lebihditujukankepadapeningkatanpertolonganolehtenaga professional secaraberangsur.
3.    Peningkatandeteksidiniresikotinggiibuhamil, baikolehtenagakesehatanmaupun di masyarakatolehkaderdandukunbayisertapenanganandanpengamatannyasecaraterusmenerus.
4.    Peningkatanpelayanan neonatal (bayiberumurkurangdari 1bulan) denganmutu yang baikdanjangkauan yang setinggitingginya.
B. Pengertian Keluarga Berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk merencanakan jumlah anak serta jarak kehamilan menggunakan alat kontrasepsi. Memiliki keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana Nasional di Indonesia adalah :
1.    TujuanUmum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
2. Tujuan Khusus
·      Meningkatkanjumlahpendudukuntuk menggunakan alat kontrasepsi.
·      Menurunnyajumlahangkakelahiran bayi.
·      MeningkatnyakesehatanKeluargaBerencanadengancarapenjarangankelahiran.
B. Cara-cara atau Metode Pelaksanaan Program Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.
Semakin bertambah usia maka terdapat perubahan dari periode menstruasi. Ketika darah haid akhirnya berhenti, maka seorang wanita memasuki masa menopause. Bagaimanapun juga, kontrasepsi sebaiknya digunakan sampai wanita tidak mendapatkan menstruasi atau darah haid selama 2 tahun jika usia kurang dari 50 tahun atau 1 tahun jika usia lebih dari 50 tahun.
Metode kontrasepsi terdiri dari :
1.      Kontrasepsi hormonal Kontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral progestin Kontrasepsi suntikan progestin kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Implant progestin Kontrasepsi Patch
2.      Kontrasepsi barrier (penghalang)
·           Kondom (pria dan wanita)
·           Diafragma dan cervical cap
3.      Permisida
4.      IUD (spiral)
5.      Perencanaan keluarga alami
6.      Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
7.      Metode amenorea menyusui
8.      Kontrasepsi darurat
·           Kontrasepsi darurat hormonal
·           Kontrasepsi darurat IUD
9.       Sterilisasi
·           Vasektomi
·           Ligasi tuba

2.2. Perbaikan Gizi Masyarakat
A. Definisi
Program Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu  program pokok Puskesmas  yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan.
Gizi buruk di indonesia
Di Indonesia, masih banyak kasus gizi buruk yang terjadi di masyarakat. Masalah ini menjadi persoalan yang cukup serius bagi bangsa hingga turut mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi adalah:
·         Fokuspadakeluargamiskin
·         Meningkatkanupayakesehatanibuuntukmengurangibayidenganberatlahirrendah
·         Meningkatkan program perbaikanzatgizimikro
·         Meningkatkan program giziberbasismasyarakat
·         Memperbaikisektor lain yang treakiteratdengangizi (pertanian, air dansanitasi, perlindungan, pemberdayaanmasyarakatdanisu gender)
·         Memperkuatupayajangkapendekdengantetapmelakukanupayajangkapanjang.
Jangka pendek:
·         Penimbangan
·         Pelayanankesehatandangiziibuhamil
·         Suplemenzatgizimikro
·         Fortifikasi
·         MP-ASI
·         Program KeluargaHarapan
·         Penyuluhan
·         ASI Eksklusif
·         Pendidikangizidanhigienis
·         Perilakuhidupsehat
Jangka panjang:
·         Pelayanankesehatandasar (termasuk KB danPenyakitmenular)
·         Akseske air bersihdansanitasi
·         Kebijakaniklan/pemasaransusu formula
·         Peningkatanketahananpangan
·         Perbaikanpendapatan
·         Penciptaanlapangankerja
·         Meningkatkan status perempuan
·         Pendidikanibu
·         PerlindunganSosial
B. Kegiatan Program Gizi Perbaikan Masyarakat
 Kegiatan Program Gizi Harian:
  1. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tampa makanan dan minuman lain   pada   bayi  berumur nol sampai dengan 6 bulan
  2. Pemberian MP-ASI anak umur  6- 24 bulan adalah pemberian  makanan pendamping ASI pada anak usia  6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
  3. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi (90 tablet) selama masa kehamilan.
  4. Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga miskin yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas
  5. Kegiatan  investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat jika ditemukan masalah gizi  misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.
Kegiatan Program Gizi Bulanan:
  1. Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita ( Penimbangan Balita) adalah  pengukuran berat badan balita untuk mengetahui  pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita.
  2. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
  3. Kegiatan yang dilakukan setiap smester ( 6 bulan sekali)  adalah Pemberian Kapsul  Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita adalah  pemberian  kaspusl vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan  setahun sekali  pada bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali dan secara serentak  dalam bulan Februari dan Agustus.
 Kegiatan Program Gizi Tahunan
  1. Pemantauan Status Gizi balita
  2. Pemantaun konsumsi gizi
  3. Pemantauan penggunaan garam beryodium
  4. Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh  tenaga gizi berpendidikan  D1 (Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi)  serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi)  yang khusus dipersiapkan  atau mahir dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat  atau sebagai tenaga profesinal di bidang gizi.  Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program gizi puskesmas.
Kegiatan program gizi di dalam dan di luar negeri:
  • Mengadakan  promosi dan mendorong terlaksananya ASI eksklusif.
  • Memberi PMT pemulihan pada balita dengan gizi buruk.
  • Melaksanakan pemantauan hasil penimbangan dengan SKDN
    Memberi kapsul Vit. A dosis tinggi pada ibu nifas, juga pada anak balita dan  bayi 6 – 11 bln (100.000 SI).
  • Memberikan tablet besi ( Fe 90 ) pada Ibu hamil
  • Mengadakan pelayanan konsultasi gizi bagi penderita penyakit kronis atau metabolik yang membutuhkan diet khusus

2.3. Pengendalian Penyakit Menular & Tidak Menular Serta Kesehatan Lingkungan
A. Penyakit Menular
            Berikut adalah beberapa pencegahan penyakit menular yaitu :
1.    Penghapusan (Dekontaminasi) danDeisinfeksiKandangsertaPeralatan
Dekontaminasi didefinisikan sebagai proses fisik untuk menghilangkan bahan-bahan biologis dan anorganik dari permukaan suatu bangunan, termasuk kandang dan peralatan. Sedangkan desinfeksi merupakan proses penghancuran organisme patogenik..
2.    DesinfektandanAntiseptika
Desinfektan adalah preparat kimia yang digunakan untuk desinfeksi kandang dan peralatan, guna membasmi mikroorganisme, khususnya mikroorganisme yang membahayakan.
3.      VaksindanVaksinasi
Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.
B. Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.
Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian Penyakit Tidak Menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan Faktor Risiko Bersama penyebab Penyakit Tidak Menular. Dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga, tiga diantaranya merupakan pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur dan buah serta tidak merokok. Dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2014 diharapkan rumah tangga di Indonesia melaksanakan PHBS di Rumah Tangga sebesar 70%.
Faktor Risiko PTM
Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia, Hipertensi, Hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.
Kebijakan Nasional Penanggulangan PTM
Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular didasari oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan Pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang mempunyai faktor resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus, penyumbatan saluran napas kronis.
Tujuan
Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM untuk nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.
Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
  1. Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat maupun Propinsi dan Kabupaten.
  2. Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
  3. Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
  4. Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
  5. Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT) PTM.
  6. Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun local spesifik.

Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu rokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi melalui 
Indikator Umum
· Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
Indikator Khusus
·  Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat).
·  Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan BBLR.
·  Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.
·  Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
·  Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.
·  Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.
Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten/kota. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka upaya Pengendalian PTM akan memberikan hasil yang optimal.
C. Kesehatan Lingkungan
Sebagian besar penyakit menular terjadi karena buruknya kesling (1-1)
·         Penyakitmenularmerupakanpenyebabkematian yang tinggipadabayidanbalita 
·         Urutanpenyakitmenularpenyebabkematianpadabayi : pneumonia, diare, tetanus, infeksisaluranpernafasanakut 
·         Proporsipenyakitmenularpenyebabkematianpadabalita : pneumonia (22,5%), diare (19,2%) infeksisaluranpernafasanakut (7,5%), malaria (7%), sertacampak (5,2%). Beberapapenyakitmenulardiidentifikasikansebagaipenyebabkematiandasarseperti Tuberculosis (9,2%), diare (7,2%), pneumonia (6,9%). 
·         Penyakitmenularbarumunculdanberkembangdiberbagaitempatantara lain Flu Burung, 
·         Beberapapenyakitberbasislingkunganseperti Pneumonia, ISPA , TBC, DBD, Malaria danDiaresangatterkaiteratdengankondisilingkungan yang belummemadai. 

KaitanFaktorLingkungandanpenyakit.
1.      Manfaatterhadapkesehatan
Menurunkanangkakesakitandan kematian Beberapa penyakit berbasis lingkungan seperti : Diare, Pneumonia, ISPA , TBC, DBD, Malaria dan Flu Burung
2.      Dapatmenurunkanbebanpembiayaanyankes
Menurunnyaangkakesakitandankematiankarenapenyakitmenular yang terkaitdenganlingkunganakanmeringankanbebanpelayanankesehatanperorangan (pengobatan) ygmemerlukanalokasisbrdayadanpembiayaan yang besar.
3.      Investasipadakesehatananak 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar